Tuesday, September 9, 2008

AADC (Ada Apa Dengan Customer).....

“Mbak Dyah, aku sudah disiapkan berapa pot anggreknya? Bagus2 kan?”

(lima hari yang lalu, sms dari customer…)

Jam lima sore kurang dikit.
Saya sudah di rumah, bentar lagi waktunya buka puasa
Capek!
Tapi, ini customer langganan…
Saya dial nomernya…

“Bu, saya belum menyiapkan sama sekali, soalnya tadi boss belum konfirmasi lagi sama saya. Coba besok pagi saya cek di kebun ya?”

(jawab saya)

“Bener lho, Mbak. Siapkan yang banyak, kalo ada langsung kabari ya? Siangnya langsung aku ambil. Yang bagus2 lho, yang mekar knop, warna bunganya yang campur, pohonnya yang bagus”

“Hmm…iya, Bu. Besok saya lihat dulu, saya usahakan”

(sambungan telepon ditutup)

Jujur…
Sebenarnya saya sudah tidak mau melayani telpon untuk urusan kerja jika saya sudah di rumah!
Tapi terkadang sulit untuk menolak.
Pernah juga di tengah perjalanan pulang dari kantor, di dalam angkot, si boss telepon. Ada customer yang mau ke kebun ambil bunga.
Dan…
Mau tidak mau saya akan turun di tengah perjalanan dan balik lagi di kantor.
Saya tidak bisa membiarkan customer mengambil barang tanpa saya hadir disana, di kebun maksudnya (untungnya cuma sekali itu…) :)
Kenapa?
Terus terang, saya belum yakin jika yang menghandle customer adalah anak buah saya.
Karena setiap keluar masuk barang (yang disini adalah bunga) saya harus tau, detail!
Kalo tidak, saya pasti keteteran waktu bikin laporan.
Dan anak buah saya, belum bisa menghapal sekian puluh (80 lebih nama) anggrek di nursery, yang jumlahnya sekian ribu.
Jadi ketika customer membeli dalam jumlah banyak, dia sering keliru mencatat nama2 anggrek tersebut.
Sehingga, sebisa mungkin customer harus bertemu, menge-deal-kan harga, transaksi sampai memilih bunga dan packing langsung dengan saya.
Tapi jika transaksi hari Minggu, pasti saya baru tau Senin-nya.
Gak mungkin dong Minggu pun saya nongkrong di kantor dan kebun! Enam hari kerja sudah lebih dari cukup buat saya :)

Belum lagi sms-sms dan telepon dari customer yang iseng aja kali…
Tanya ini, tanya itu!
Saya mungkin akan lebih senang membalas pertanyaan2 mereka, jika mereka sms atau telepon pada jam kantor, jam kerja saya.
Tapi karena sudah di luar jam kerja saya, saya terkadang malah sebel sendiri :)
HP saya memang tidak pernah mati,.
Ya semisal ada yang penting dari rumah, alasan terkuat saya tak pernah mematikan hp atau emergency call dari boss (siapa yang tau?). Bagaimanapun juga saya bekerja di tempat yang dia pimpin.

Tapi tak semua bisa saya handle, mau bagaiman lagi?
Pernah suatu kali si boss telepon, meminta saya ke kebun.
Dan kebetulan waktu itu posisi saya sedang tidak di rumah.
Bisa satu jam lebih kalo saya harus ke kantor! (lagian itu pas hari libur!).
Jadi ya…saya tolak!
Intruksi kerja ke anak buah yang kebetulan masuk terpaksa saya lakukan lewat telepon.

Serba serbi kerja saya…
Kadang membuat saya tertawa, terkadang membuat saya jengkel dan terkadang membuat saya bosan :)
Tapi semua saya nikmati, walau kadang dengan setengah hati.
Hehehe…
Dan…
Terkadang juga lucu kalo mengingat kebawelan2 customer…

“Aku nggak mau yang bunga-nya cuma empat, Mbak!”
“Lha ini koq warna bunganya didominasi coklat?”
“Yang ini aku gak jadi ambil, posisi bunga yang seperti ini gampang patah.”
“Anggrek keriting aku gak mau, soalnya langgananku gak suka, kurang nge-jreng kalo dipasang.”
“Mbak, koq mahal sih?”
“Cattleya-nya yang warna kuning koq sepertinya pohonnya kurus gak seperti yang lain?”
“Telpon aku ya, Mbak Dyah kalo cattleyanya yang merah ada yang bunga!”
“Ayo, aku beli sepuluh pot, bonusnya dua ya?”
“Mbak, anggrek yang dulu aku beli di sini koq mogok berbunga?”
“Besok aku perlu 200 pot, siapkan ya!”
“Ini nanti yang tidak laku, aku return ya, Mbak?”
“Mbak itu aku nyisihkan 10 pot yang bagus-bagus, nanti kalo aku kesini lagi, aku ambil. Jangan dikasihkan ke orang lain lho!”
“Saya kan ambilnya 100 pot, masa’ harganya tidak bisa turun?”
“Kalo aku jadi ambil dikasih harga berapa? Buat langganan, jadi jangan mahal-mahal!”
“Vanda-nya boleh kurang ya harganya?”
“Lho ini bunganya mau layu, dapat murah ya?”
“Ini anakannya boleh buat aku ya, Mbak Dyah?”
“Mbak, aku nanti bonusnya florida beauty ya?”
“Mbak Dyah, kasih bocoran pupuk dan obat buat anggrek dong sekalian sama aplikasinya!”
“Kapan-kapan kerumahku, Mbak…lihat anggrekku, Mungkin ada yang salah, jadi Mbak Dyah bisa ngajari aku gimana benernya.”
“Bromelianya itu buat bonus-ku ya?”
“Aku ambil 150, tapi lepas pot…jadi harganya boleh kurang lagi dong?”


Dan masih banyak lagi…………………..,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

(Glek!!!!!!)
Itulah kalimat-kalimat yang meluncur dari customer2 saya.
Saya cuma bisa senyum meladeni comment2 mereka.
Pembeli kan raja (kalo cowo’) dan ratu (kalo cewe’)
:)
Kadang saya juga becandain mereka (ssst…st…agar mereka luluh dengan harga yang saya tawarkan).
:)

tetaplah bersemangat,,,,

Sesuatu itu menghadangmu,
menantangmu…

Jangan menyerah,
Jangan patah,
Jangan layu,
dan
Jangan dulu pasrah…

Berjuanglah…
Lawan!

Biarkan mentari membelaimu
dengan kehangatan yang berpijar.
Menularkan nyala semangat
sampai ke sumsum-mu…




(Tetap semangat ya, Mas!!!!!)

mengingat yg dulu (jaman kuliah & wkt test kerja)...

(cerita ini tiba2 ingin saya munculkan karena akan flash back, bagaimana saya mendapat pekerjaan ini dan sedikit cerita bagaimana dulu ketika saya di kampus, masih berawal dari pertanyaan teman saya…, sekalian untuk berbagi cerita dan pengalaman,,,,)

Kali ini dia bertanya,


“Dulu kamu pasti pintar di kampus?”


Heh?????


Bingung, mau jawab apa! :)


Soalnya saya tidak pintar. Sumpah! Bukannya sok rendah hati! Nggak! Beneran!


Hehehe…


Saya tanya teman saya itu, koq tanyanya gitu?


“Ya, sepertinya dari cara kamu ngungkapin sesuatu itu gak asal.”


Masa’ sih?


Bikin saya sedikit GR… :)


Padahal saya juga sering asal! (ngungkapin sesuatu dengan ngomentari sesuatu sama gak sih?).


Saya beritau ya…
IP saya pas-pasan aja, saya juga tidak lulus tepat empat tahun (tapi molor hampir setaun). Lama? Ya iya-lah, kan skripsi saya pake acara penelitian alias tanam menanam, dari menanam sampai bisa panen saja sudah kelihatan lamanya (pembelaan diri nih!). Yang lulus sebelum saya banyak, padahal kami satu angkatan :). Tapi yang lulus setelah saya (masih satu angkatan nih) juga lebih banyak.


Jadi, saya itu tidak pinter2 banget, juga tidak bodoh2 banget. Biasa aja! Bukan berarti yang lulus setelah saya bodoh lho! Banyak faktor untuk itu, mau ngasih tau saja…teman2 saya yang lulusnya di belakang saya (kebetulan beberapa teman baik dan dekat dengan saya) malah mereka ini pinter2, IP selalu tiga koma (saya?…huuu…rangkaian karbon lebih sering menghias KHS saya). Kalau pun saya menjadi asisten praktikum untuk beberapa mata kuliah, ya itu yang saya yakin saya bisa (karena pasti harus dibuktikan dengan KHS dan ada test sebelumnya).


Pekerjaan saya sekarang juga gak ada yang terlalu istimewa, biasa (ya di kantor kalo lagi bikin laporan, seringnya ya di lapang…berjemur di bawah terik matahari. Tapi ya memang harus seperti itu! Dinikmati dan disyukuri aja… (makanya banyak yang iri, krn saya selalu terlihat hepi…, gak maksud nipu lho!) :).


(cerita dapat pekerjaan ini-lah yang ingin saya bagi), karena dulu sempat membuat saya sedikit takjub. Hehehe…


Test tulis dan psikotest saya telat satu jam lebih! (padahal saya sudah diikutkan yang gelombang kedua). Karena sepertinya jarak tempuh dari kota saya ke Malang paling jauh diantara yang lain. Dan saya sedikit buta dengan tempat test-nya itu (padahal masih di Malang!). Yang jelas salah saya sendiri! Untung Bapak Personalia-nya baik, saya tetap diijinkan ikut test. Tapi…tidak ada konsekuensi perpanjangan waktu untuk saya.


Saya lirik teman-teman saya yang kurang lebih ada tujuh orang (tiga diantaranya saya kenal, yang dua teman satu angkatan saya yang pinter-pinter, satu-nya kakak tingkat saya), mereka sudah mengerjakan soal entah…model atau tipe soal yang keberapa, yang jelas sudah jauh!


Eh, rasanya koq saya juga paling jelek sih di ruangan ini? Hehehe…sempat saya mikirin itu! Maklum dong baru turun dari bus…



Ok, saya pun duduk di dekat Bapak Personalia itu tadi (membuat saya nervous, tp kursi yang kosong cuma disitu). Dulu UMPTN gak nervous2 bgt! (ya pasti, kan beda!). Saya diberi lembar soal dan lembar jawaban. Dan tidak tau darimana datangnya kekuatan itu. Tiap satu model/tipe soal yang diberikan, saya bisa kebut soal-soal itu. Nggak tau salah atau benar, tapi rasanya banyak yang benar kecuali soal yang berhitung (yang ini saya jujur, saya ngawur mengerjakannya!):). Loss time nih… (alasan!).


Sampai akhirnya saya bisa menjajari model/tipe soal yang sama dengan teman2 saya. Lega….. Dan sampai juga dengan soal yang spesifik dengan background ilmu saya (bersyukur saya juga pernah menjadi asisten untuk beberapa praktikum dalam beberapa waktu, jadi masih ada ilmu plus yang tertinggal di memori otak saya). Tapi sebenarnya mau dijawab dengan mengarang indah juga bisa. Hehehe…


Saya berharap banyak dari test yang ini. Tau kenapa? Satu-satunya pekerjaan yang saya lamar yang sesuai dengan ijazah kuliah saya! Mungkin Anda tidak tau betapa sulitnya pekerjaan yang spesifik dari background pendidikan saya, apalagi untuk cewek, untuk perempuan, untuk wanita. Juuuuuarang banget!


Tapi kalau dilihat dari datangnya saya yang pake acara telat, duh…tipis harapan untuk dipanggil test wawancara! (keliatan kalo tidak professional!).


Satu minggu kemudian.
Saya sudah di tempat test pertama itu. Saya dipanggil untuk test wawancara! Horeeeee!!!!!!


Untuk kali ini saya datang satu jam kepagian (hehehe…gak pa-pa deh daripada telat lagi). Ada enam kandidat dari enam belas di test pertama (bocoran dari Pak Satpam di situ).


Lagi-lagi sepertinya saya paling jelek pagi itu. Halah! Asal rapi, senyum ramah, tatapan mata berasahabat dan yakin, plus jabat tangan yang hangat dan percaya diri…rasanya bekal yang lebih berharga! (menghibur diri sendiri nih!).


Saya mendapat giliran untuk diwawancara nomer tiga, masih sama dengan yang test pertama, nervous! Dihadapan saya ada tiga orang (yang baru saya tau setelah saya diterima, yang satu jelas…Bapak Personalia, yang satu Bapak Owner, satu lagi, Ibu Manajer Keuangan yang juga menjabat Manajer Representatif).


Mereka sih tersenyum ramah dan sepertinya mereka membuat suasana sesantai mungkin. Tapi tetap saja saya grogi dan deg-degan! Saya duduk di hadapan mereka. Tau tidak apa yang di hadapan mereka? Berkas lamaran saya lengkap dengan fotocopy transkrip dan ijazah plus foto yang saya kirim. Ditambah lagi dengan hasil test tulis dan psikotest saya (eh, saya sempat melirik yang dicoret merah cuma sedikit, ada yang agak banyak, pasti itu yang hitungan…ngerjainnya asal sih!) :)


Saya disodori kertas, gambar kontur tanah kalau semisal mereka mau menanami komoditi X, bagaimana model tanam yang bagus, saya jawab dengan lancar. Ditanya tentang tissue culture (bioteknologi alias pemuliaan tanaman), saya jujur, saya jawab kalau saya dapat kuliah-nya tapi saya tidak dapat praktikumnya. Karena ada Program Studi tersendiri untuk itu. Jadi saya jawab sejauh yang saya tau. Pokoknya pertanyaan seputar agronomi, itu dari Bapak Owner.


Terus ditanya gaji sama Ibu Manajer Keuangan, saya blank sesaat. Tau dong, saya waktu itu fresh graduate yang belum punya pengalaman berarti. Jadi belum saatnya sombong, untuk menyebut nominal apalagi yang berbilang juta. Yang wajar-wajar saja deh.


Bapak Personalia tanya apa ya… Mmm…tentang bagaimana saya, maksudnya saya itu orang yang bagaimana..sifat saya. Waduh…jadi ajang narsis deh! Hehehe…


Lho cuma gitu ya? Koq gak ditanya-tanya in English? (lha bocoran dari Pak Satpam tadi, pimpinan langsung saya nanti kalau diterima itu background pendidikannya luar negeri). Tapi saya bernapas lega, belum tentu saya bisa jawab kalo ditanya in English (kan aslinya saya berharap memang tidak ada) :)


Tidak tau juga, rangkaian test ini cuma awalnya saja saya grogi, lima menit berjalan, saya bisa santai dan PD, lancar menjawab.


Hehehe…
Asal Anda tau dari test wawancara (yang saya rasa cuma sebentar, tidak selama kandidat yang maju sebelum-sebelum saya), saya yakin bisa diterima (bukannya sombong lho, yakin boleh dong!). Obrolan ringan dan santai sedikit humor ada di akhir session test ini. Bapak Owner, sudah tanya2 “kapan kamu bisa mulai bekerja?”, “bener sama ibu-mu kamu boleh bekerja disini?”, “kamu sudah punya pacar belum, terus pacarmu kalau kamu tinggal, gak apa2?”…


(Apa yang sebelum2 saya juga ditanya seperti itu?) Kalau itu sih jawabannya… Kalau bisa saya ingin bisa bekerja secepatnya. Jelas ibu saya mengijinkan…kalo tidak gak mungkin dong sekarang saya ada di tempat itu. Pacar? Aduuhhh…, udah gak sempat terpikirkan deh. Hehehe… Tapi tidak persis seperti itu jawaban saya waktu itu. Satu pertanyaan terakhir yang saya jawab “tidak bisa”. Naek sepeda motor! Malu-maluin! Tapi saya jujur koq… :)


Tiga hari kemudian…
Saya kembali di tempat test pertama dan kedua… Test kesehatan. Cuma ada dua orang! Dan feeling saya bilang “pasti kami berdua nih yang diterima”. Sekali lagi bukannya sombong, tapi keliatan koq…masa’ iya sih mau dibuang satu di test kesehatan? Paling kalau dirasa kurang sehat, paling dianjurkan untuk ini itu…


Nah kan…dua jam kita nunggu Bapak Owner dan Ibu Manajer Keuangan, kita diajak ke lokasi kerja kita. Lho mana dokternya? Atau surat pengantar ke dokter perusahaan? Lho bukan disini ya tempat kerjanya? Lho lumayan jauh dari tempat test kami? (kebanyakan lho!).


Ternyata lokasi kerja kami, beda dengan tempat test kami. Di sini ada perusahaan lain yang ternyata masih satu owner. Mmm…gitu! Cuma satu keheranan saya, boss saya langsung mana? Ternyata dia masih di Australia. Mmm…gitu! Selesai acara jalan2-nya, ada sedikit…apa ya namanya (pemantapan lagi mungkin), kami satu-satu dipanggil, ditanya “are you serious?”, nego gaji dan baru diberi surat pengantar ke dokter perusahaan.


Ya seperti itulah…, dan bertahan sampai sekarang! (Tuhan itu baik banget sama saya, akhirnya setelah enam bulan jobless dan dibalik terlambatnya saya, selanjutnya berangkat jam 3 dini hari dari kota saya biar gak telat lagi…dijawab dengan indah).


Banyak teman saya yang sampai saat ini belum bekerja, kebanyakan cewek. Dan sepertinya mereka sekarang juga sudah enggan membuka koran untuk mencari lowongan. Ya mungkin sudah terlalu lama mereka stagnasi dan fresh graduate pasti lebih laku!


Ini juga sering dikatakan teman-teman saya (yang setau saya waktu kuliah mereka pinter), kalau saya menyinggung kenapa mereka tidak mencoba mencari lowongan lagi. Mereka pasti bilang begini, “kamu sih enak..bisa ngomong, pinter ngadepin orang, lha aku?”…


Itu-lah…
Saya memang biasa2 aja di akademik. Karena waktu kuliah saya sadar, nanti yang saya hadapi di luar ketika saya lulus atau bekerja pasti banyak beda dengan apa yang saya dapat di bangku kuliah. Makanya saya ikut kegiatan mahasiswa, yang berpeluang menambah pengalaman, wawasan dan membuat kita berani berbicara (maksudnya biar tidak kagok berhadapan dengan orang lain atau lingkungan baru).



Gak percaya kalo itu juga penting? Sering di lowongan2 yang ada, ber-prasyarat pernah aktif di kegiatan mahasiswa/kampus. Karena mungkin nanti kita akan berhadapan dengan orang atau lingkungan baru, apalagi kalau kerja tim dan ber-pindah2. Harus bisa mengorganisir dan biasa ribet dengan event2 yang menuntut mobilitas kita.


Maksud saya ya sebagai penyeimbang, bukan yang terlalu aktifis banget gitu… Sewajarnya saja, pokoknya masih bisa bagi waktu. Saya? Kuliah iya, kegiatan intra kampus iya, jd asisten iya, ke perpustakaan iya (tempat paling enak di kampus untuk nambah ilmu sekaligus “refreshing” :)), praktikum iya, laporan iya, tugas-tugas iya, jalan-jalan iya, kongkow2 dengan teman2 iya, senang2 iya. Komplet deh! Dan saya pun lumayan dekat dengan beberapa adik tingkat dan dosen saya, maksudnya untuk menambah pergaulan.


Tuh kan baru nyesel? Dulu waktu kuliah dan saya aktif di kegiatan, mereka-mereka (teman-teman saya yang cuma tau seputar kuliah, praktikum, perpustakaan, laporan dan kost-an) saya ajak untuk bergabung tidak mau. Atau saya beritau kegiatan lain yang mungkin tidak satu minat dengan saya. Tetap tidak mau. Katanya malu. Saya heran, kenapa malu? Kan teman-teman kami juga yang di satu kegiatan dengan saya (ya..plus kakak dan adik tingkat-lah).


Jadi sebenarnya, menurut saya…kita bisa menambah ilmu, pengalaman, wawasan atau apa pun dari tempat lain, orang lain, suasana lain dan lingkungan lain. Dari situ, kita bisa belajar banyak hal! Dan yang namanya belajar tidak harus melulu benar, boleh salah! Dan tidak mengenal usia!



(blog ini juga masih belajar, saya bikin fs juga belajar…belajar menambah teman, dari situ pasti akan mendapat wawasan lebih, suasana lain dan mungkin akan bertemu dengan orang-orang dan lingkungan baru!).

Wednesday, September 3, 2008

di 30,,,,,,,,,


(Gotchaaaaa!!!!!)
Alhamdulillah…
02 September 2008
30 tahun! (ulang tahun nih…, kado-nya mana?)
Uzur ya?
:)

Dan sebentar lagi Lebaran! Inilah moment yang bikin saya senang dan akan jadi sebel kalau ketemu sodara-sodara saya…Pakde, Bude dan sepupu2 saya, terus mereka melontarkan pertanyaan..
“Calonnya mana?”
(calon apa coba? Calon walikota, gubernur atau presiden? Hehehe…asal!!!)
Tentulah saya (mungkin juga Anda) tau maksudnya. Atau bahkan mengalami hal serupa dengan saya?
:)

Pertanyaan yang biasanya saya jawab dengan senyum dan cengengesan.
Hehehe…
Gimana lagi?
Mana saya tau jawabannya.
Mau ngarang jawaban, halaaaaah malez banget!

Kata Mas Jelek (waktu beliau, hehehe…’beliau’?, serasa sudah tua banget!, jadi waktu dia mo merit dulu) “jodoh itu datang dan indah pada waktunya”.
Nah kan?
Sengotot apa-pun kita, kalo Tuhan belum pengen alias belum berkehendak, ya gak bakal kejadian!

Gitu aja…
Harusnya saya bisa menikmati setiap detik apa-pun yang ada dalam hidup saya, Anda juga.
Dan…
Semoga hari-hari saya tetap cerah ceria…. :)


(Tuhan, terimakasih telah memberi apa-pun yang terbaik untuk saya. Andaikan masih ada yang ingin saya raih, ingin saya temukan, ingin saya dapatkan, saya mohon Engkau selalu ada di setiap langkah saya untuk memudahkan menggapai asa2 itu, dan semoga semua nanti masih yang terbaik untuk saya. Amin…)

(gak ada judulnya...)

Kutatapi ruang hatiku,
dan kusibak apa arti kegelisahanku, gundahku,
tertawa ceriaku, senyumku,
kerutan mukaku, kekosongan pikiranku,
semangatku, lesuku, kecewaku, marahku, dongkolku
dan
semua wujud emosiku.


Kemudian kusimpulkan
menjadi dua,
senang dan susah,
yang kadang datang silih berganti,
kadang pula bersamaan,
kadang pula tidak diantara keduanya.


Itulah aku dengan keakuanku,
tak dapat kupungkiri
aku takkan menjadi yang lain
dan
yang lain takkan menjadi aku.


Hanya terbersit harapan dalam lubuk hatiku,
semoga semua bisa kulalui
dengan bahagia.




(muncul sesaat sebelum saya curhat ttg os,
feeling so good-nya my brother…,
sumpah, bikin saya haru! )

hujan, tangis, cinta, pengorbanan....

Hujan menyapa kota-ku… Semerbak harumnya tanah basah menambah semangat. Siang yang tak terlalu panas, membuat saya bisa melakukan aktifitas di luar ruangan dengan lebih leluasa.

Benar-benar berkah Ramadhan…

Sodara saya (sodara ol ketemu gede…, hei, istilah apa itu?) :) yang ada di seberang pulau bilang kalau di kotanya selalu turun hujan hampir setiap hari, padahal kemarin kan masih musim kemarau. Saya pikir, ini akibat global warming. Ternyata bukan! (dia pasti juga belum tau, mana sempat dia ngurusi hujan…dia kan sibuk dengan bisnisnya, sibuk teleconference, sibuk jalan2) :). Jadi begini, karena Indonesia sedang krisis air maka pemerintah memodifikasi cuaca. Maka dibuatkanlah hujan buatan! Khususnya di pulau, propinsi sodara saya tersebut. Darimana saya tau? Hehehe… Saya baca di Kompas!

Langit menangis (entah tangis suka cita atau duka cita…) begitulah saya membahasakan hujan.

Semalam pun saya menangis (serasa lagunya Audy, Menangis Semalam) :)
Tau kenapa?
Saya baca novel! :)
soulmate.com
Itu judul novelnya.
Nangis…, norak banget sih! (biarin!)
Tapi cerita di novel itu sedikit menohok hati dan pikiran saya.
Tokoh Nadya dan Oka dalam novel tersebut mengukir kisah percintaan yang dilematis.
Dan…
Cinta itu harus dikorbankan, dienyahkan!
(penasaran? Karena judulnya ada ‘dot com’-nya. Hehehe…, silahkan beli novelnya! Sekali lagi saya propaganda!) :)

Duh…saya terharu.
Saya (serasa ikut) tak terima.
Kenapa ada kisah seperti itu?
Memang cuma sekedar kisah cerita fiktif novel. Tapi jika kita bisa memaknai, pasti ada pelajaran yang bisa dipetik dari cerita tersebut.

Terkadang memang Tuhan mempertemukan kita dengan seseorang (yang mungkin menurut kita tepat).
Bertemu, kenal dan dekat…
Terbentang benang merah antara kita dan dia.
Tapi terkadang Tuhan tak ingin menyimpulkan benang merah itu.
Dan…
Terberailah kita dengan seseorang itu…


(kalo boleh memilih, inginnya saya nanti kenal, bertemu, dekat dan akhirnya bisa bersama dengan seseorang itu :), jadi saya mohon kepada Tuhan untuk tidak lupa menyimpul benang merah itu, hehehe…maunya!!!!!)