From : vin_lucu@luvmail.com
To: rey_jelek@luvmail.com
Subject : jujur
Date:Mon, 06 Nop 2006 07:47 PM
Dear Rey, Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Vin harap keadaanmu di Yogyakarta dalam lindungan-Nya. Lama ya, Rey...Vin tidak berkirim kabar padamu? Sudah hampir tiga bulan aku tak menulis e-mail kepadamu. Hmm...lama juga! Bagaimana kabar Yogyakarta? Semoga sudah dalam kondisi lebih baik, sehingga Yogya tetap ramai dengan orang bule ☺ (Seperti ceritamu, kalau kamu senang banget jika bisa mengasah conversation-mu).
Enam tahun bersamamu di Yogyakarta, di kampus biru kita sampai kita mendapat pekerjaan di kota etnik itu. Manis! Indah! O, iya kamu ingat si Kribo nggak? Dia sekarang satu induk denganku cuma lain divisi. Terus Tia ‘Ndut’ sekarang sudah kerja di Bali dan katanya mau disekolahkan lagi ke Australia. Hebat ya? Aduh, jadi kepengen deh. Kalau kamu, gimana kerjaan? Tambah nyaman semoga! Vin harap kamu tidak jadi kutu loncat lagi. Soalnya menurut Vin, gaweanmu yang ini lebih cocok sama karaktermu (yang tak bisa diam dan ingin gaji gede) ☺. Bukankah kita pernah membahas ini dulu...dulu banget di kantin fakultas. “Apakah hukumnya harus, mencari pekerjaan yang cocok dengan sifat kita?” dan kita sepakat kalau bisa sih “iya”.
Sekarang Vin sedang sibuk menyiapkan laporan ke boss (hihihi...seperti jaman kita praktikum dulu ya? Laporan, laporan dan laporan. Hidup laporan!). Tapi Vin menikmatinya kok. Walau terkadang saat-saat sibuk seperti ini Vin ingin sejenak refreshing. Pesan tiket dan terbang ke kotamu. Kita reuni. Cuma Vin tidak punya keberanian lagi. Dan untuk kesekian kalinya Vin hanya bisa melayangkan pikiran mengingatmu. Yach...sedikit kesepian, karena Vin nggak bisa atau tepatnya belum menemukan seorang teman seperti dirimu. Kapan ya, Rey...Vin bisa ketemu kamu lagi? Saat menulis e-mail ini di luar sedang hujan. Aroma tanah basah yang segar ternyata tak mampu mengusir sepiku.
Rey, ma’afkan Vin ya kalau selama perjalanan mengenalmu Vin pernah menyakiti hatimu? Mungkin sekaranglah saatnya Vin untuk mencurahkan isi hati. Delapan bulan yang lalu kamu datang ke kost Vin dengan tampang kusut. Vin sudah tahu penyebabnya karena sehari sebelumnya kamu mengirim SMS bercerita tentang masalahmu. SMS yang sempat membuat Vin terhenyak dan menangis diam-diam (pasti kamu baru tahu sekarang ☺). Di tempat kerja pun Vin sering tidak fokus, sering melamun…benar-benar dahsyat efeknya. Walaupun Vin tahu kamu sedang kalut, toh selera humormu tak hilang (salah satu yang membuat Vin kangen denganmu). Rey yang nota bene sahabatku dijodohkan. Ya dijodohkan! Vin tak habis pikir, hari gini dijodohkan? Walau tak semua tujuan dijodohkan itu akan merenggut kesenangan kita. Tapi untuk kasusmu ini aku merasa trenyuh., kau tak mengenalnya sebelumnya. Dan kau pun sempat berusaha untuk jujur padaku bahwa ada seorang gadis yang telah memikat hatimu. Siapa gadis itu sebenarnya membuat Vin penasaran dan sedikit jealous, tapi Vin tak mau terlalu mengintrogasimu. Karena kalau sudah saatnya nanti kamu pasti akan menceritakan pada Vin (dan ternyata benar, walaupun baru beberapa hari yang lalu). Saat kamu memberitahu tentang perjodohan itu sebenarnya Vin merasa lucu dan tak percaya malah sempat menertawakanmu habis-habisan. Tapi Rey, saat Vin sendiri dan merenung, seperti ada yang hilang dari Vin. Sesuatu yang membuat Vin sedih dan sering menangis sampai berhari-hari.
Mungkin Vin yang terlalu berlebihan, tapi Vin sekarang sudah nggak kuat untuk terus membohongi hati sendiri. Kamu bercerita sudah mencoba untuk menolak perjodohan itu, adu argumen dengan orang tuamu terutama ayahmu. Rey, Vin tahu latar sosial budaya kita berbeda. Tapi apakah salah kalau Vin menyimpan perasaan khusus padamu?
Berhari-hari Vin merasa kosong dan hampa. Rasanya Vin tak sanggup berdekatan denganmu lagi. Walaupun kita berdua tetap membuat hubungan pertemanan kita nyaman. Namun, Vin yakin hati kita masing-masing kadang berkelana sendiri di saat kita bersama sekalipun. Sampai akhirnya Vin memutuskan untuk menjauh darimu. Merantau ke tempat yang lebih jauh, untungnya ada perusahaan yang mau menerima Vin di sini (walau nggak jauh-jauh banget). Bukan marah, bukan benci, bukan pula Vin tak mau lagi menjadi seorang dekatmu. Atau seperti pertanyaanmu, “Apakah Vin bosan menjadi tempat sampahmu?” Satu-satunya orang yang bisa mengerti kamu, bersedia mendengar celotehmu bahkan curahan hatimu serta membantu ini dan itu yang seharusnya kamu kerjakan sendiri. Tidak, Rey! Vin pergi karena Vin sayang sama kamu. Vin tidak ingin kamu bimbang, karena Vin tahu kamu mulai sering membanding-bandingkan Vin dengannya. Sering kamu juga bertanya, apa nanti dia bisa mengerti kamu seperti Vin? (No body is perfect, Rey!).
Kadang pikiran jahat Vin menyergap, semoga perjodohanmu gagal atau semoga wanita yang dijodohkan denganmu tidak merasa cocok denganmu. Tapi Vin sadar, Vin bukan siapa-siapa kamu. Vin cuma sahabat kamu. Sahabat yang mungkin telah salah mengartikan kebaikanmu. Rey, mungkin kamu baru tahu sekarang kalau sebenarnya Vin cinta sama kamu. Rasa sayang yang Vin punya mungkin lebih besar dari yang kamu tahu. Vin berani mengungkapkan sekarang karena ini pasti tak akan merubah keadaan (keberanian yang terlambat?).
Rey, e-mail yang kamu kirim empat hari yang lalu telah membuat Vin sadar kalau ternyata perasaan Vin tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi kita tak mungkin merajut hari-hari ke depan bersama. Kedua orang tuamu telah menentukan hari bahagiamu, bukan? Vin ikhlas kok, Rey. Vin akan mengubur keinginan yang tak mungkin terjadi. Vin juga janji tak akan menangis seperti permintaanmu.
Rey, Vin sudah cukup senang karena sebulan yang lalu Vin sudah berhasil membuat surprise party untukmu. Surprise party yang Vin rancang dari jauh. Hihihi…yang katamu bikin shock (tapi senang kan?). Vin sengaja membuat party itu untukmu karena Vin merasa mungkin tahun ini akan menjadi tahun terakhir Vin bisa ikut memeriahkan hari ulang tahunmu.
Sekali lagi terima kasih untuk hari-hari indahnya. Dan Vin akan selalu mengingatmu. Jangan ragu lagi untuk melangkah ke depan, Rey. Vin akan baik-baik saja di sini. Walau sampai saat ini Vin belum berhasil menghadirkan sosok lain untuk menggantikanmu.
Vin harap hari-hari kedepanmu bahagia. Tapi Vin yakin kau akan bahagia bersama Arlin. Benarkan, Rey? Destia Arlinasari, itu kan nama lengkap calon istrimu yang selalu kau panggil Desti? Walau Vin tidak tahu apakah Arlin bisa lebih mengerti kamu dibanding Vin? Tapi Arlin memang pantas berdampingan denganmu. Dia cantik, dokter gigi pula! Arlin atau Desti, dia masih punya hubungan keluarga denganku dari pihak Papa. Vin juga baru tahu seminggu yang lalu, saat Mama telpon dan bercerita bahwa putri Bude Yani yang di Bandung, yang bernama drg. Destia Arlinasari akan menikah dengan Reynaldi Saputra, ST asli Bandung yang sekarang sudah hidup mapan di Yogyakarta. Vin sempat kaget, tapi sudahlah. Berita akan dilangsungkannya pernikahanmu sudah menyebar di keluarga besar Papaku. Mungkin karena Papa sudah tiada, jadi Vin baru tahu semuanya seminggu yang lalu. Sebab Mama juga baru dikabari oleh saudara-saudara Papa.
Rey, mungkin Vin tidak bisa hadir di hari bahagiamu. Tapi Vin akan berdo’a dari sini untuk kebahagiaanmu. Vin juga minta kamu mendo’akan Vin untuk sabar serta cepat dapat gantimu dan menyusulmu ☺. Kuharap Arlin bisa menyayangimu lebih dari Vin. Dan, please…jangan mengumbar cerita tentang kita ya! Kasihan Arlin, bahagiakan dia! Jaga diri baik-baik, biar malam pertama sukses. Hehehe...
Wassalam, Revina
Send.
…Tak pernah menyesal mengenal dirimu
Jalan yang ku tempuh tak tertuju padamu…
Lagu Anang dan KD ini mengiringi selesainya aku mengetik e-mail. Air mataku menetes, segera kuhapus. Karena aku ingat kau memintaku untuk tak menangis. Ah…Rey, jika di hari ini aku masih sanggup berdiri tegak, salah satunya karena kamu. Mungkin Tuhan punya rencana lain untuk kita. Pertemuan kita, kemudian kedekatan kita serta hari-hari indah yang pernah kita lalui sekian lama semua manis untuk dikenang. Salah satu anugerah terindah dalam hidupku. Dan kini, kita pun harus mengakhirinya dengan indah pula.
Sempat dalam hatiku muncul pertanyaan, setelah sekian lama Tuhan menjalinkan benang merah di antara kita tapi toh kita tak bisa bersatu. Apa mungkin Tuhan lupa menyimpulnya? Tapi sungguh, aku bersyukur pernah mengenalmu. Aku hanya berharap kau selalu bahagia.
Kuambil bingkai foto di atas meja samping tempat tidurku. Ada gambar kita berdua saat di Kaliurang, satu minggu sebelum aku pergi menjauh darimu. Terasa menyesak di dada, kuhirup udara banyak-banyak dan kuhembuskan kuat-kuat. Sedikit lebih ringan. Ah…mungkin ini yang terbaik untuk kita berdua saat ini. Kulepas foto itu dan kusimpan dalam laci terbawah. Biar hati dan pikiran kita yang mengabadikan hari-hari indah yang pernah kita lalui bersama. Atau mungkin lebih baik kita lupakan, biar waktu yang akan menjawabnya. Yang pasti aku masih sahabatmu, jadi kapanpun kamu membutuhkan aku, aku akan berusaha membantumu.
Lima hari kemudian, balasan e-mail dari Rey terpampang di depanku.
From : rey_jelek@luvmail.com
To: vin_lucu@luvmail.com
Subject : masih sahabatmu
Date:Sat, 11 Nop 2006 08:36 PM
Assalamu’alaikum, Vin! (jawab lho) Terima kasih ternyata Vin tak melupakan aku. Semoga selalu begitu seterusnya. Terima kasih juga sekian waktu yang terbilang cukup lama Vin telah ada dalam kehidupanku. Dan terima kasih banyak ternyata Vin berani jujur dengan hati sendiri dan juga pada diriku. Aku bangga lho disenengi sama kamu ☺. Pokoknya banyak terima kasih untuk ketulusanmu sampai detik ini.
Vin, aku harap kamu bisa datang di acara pernikahanku. Selain masih ada hubungan keluarga, aku juga pengen bukti kalau kamu baik-baik saja. Please,Vin! Tapi aku tidak memaksa, kalau dengan datang dan itu akan membuatmu merasa tidak nyaman...mungkin kamu lebih baik memang tak datang (kadonya aja dikirim, Vin).
Sekarang lagi sibuk-sibuknya nih. Ribet banget ya mau kawin (akhirnya berkat doronganmu, aku bisa menerima semuanya). Hehehe… tapi aku juga sudah tak sabar mengalami malam pertama (mupeng banget ya!). Aku baru tahu kalian punya hubungan keluarga ketika baca e-mail-mu. Dan kemarin Desti alias Arlin sempat bertanya, apa aku kenal Revina Daniaputri? Aku nggak bisa bohong, karena itu aku menjawab bahwa kamu teman terbaikku (bangga pasti!). Just it! Nggak lebih, apalagi tentang rasa kita. Cukup kita yang tahu, karena memang terlalu riskan untuk diumbar (tuh kan aku pengertian?).
Revina, mungkin kita nggak akan sebebas dulu tapi aku tetap sahabatmu. Aku siap membantu kapan kau perlukan. Aku juga pengen suatu hari kita bisa ngobrol berdua aja sambil cekakakan (aku kangen sama ketawamu). Bukan selingkuh lho, Vin. Sekedar bernostalgia dengan yang pernah ada, tapi bukan untuk menumbuhkan rasa itu lagi. Do’ain aja aku jadi suami yang setia jadi tak sempat berpikir untuk berselingkuh (...denganmu) ☺.
Oke, Vin…jaga diri baik-baik coz kamu jauh dari siapa-siapa. Nomer ponsel-ku masih tetap, jadi kamu bisa call aku kapan kau perlu. Aku jamin Desti tak akan cemburu sama saudaranya. Terus...cepat-cepat cari pangeran impian biar dapat menyusulku. Aku juga akan berdo’a untukmu, semoga mendapat yang terbaik dalam hidupmu.
Take care, Vin. Sering-sering pulang ke Jawa ya biar bisa ketemuan! Atau aku sama Desti yang harus ber-honeymoon ke Riau?
Wassalam,
Yang masih akan terus menjadi sahabatmu,
Rey
Aku tersenyum membaca e-mail-nya. Semoga hatimu benar-benar bersih dari rasa itu. Sehingga hari-harimu akan terus bahagia dengan Arlin. Hmm…tapi sepertinya aku tak sanggup melihatnya bersanding di pelaminan. Tak berapa lama, aku pun sibuk memikirkan kado apa yang akan kukirim di hari istimewanya. Untuk orang yang pernah menjadi istimewa harus kado istimewa juga.
Pikiranku melayang-layang, masih tentang rasa ini. Ada sedikit kelegaan dalam hatiku karena kita telah sama-sama jujur. Dialog hati akan dirimu masih mengikutiku. Aku tak berusaha mengusirnya. Kunikmati! Karena semakin aku berusaha melupakan atau mengusirnya, rasa itu semakin memagut hati. Semoga masih ada hari esok dimana kita akan bertemu dalam suasana yang lebih menyenangkan. Semoga…
Malang, awal Januari 2007